Detail Artikel

Avoidant Personality Disorder

Designer desk
Jo portrait Izza Afkarina
21 - Sep - 2023

Baru-baru ini tiktok sedang ramai dengan pembahasan tentang salah satu gangguan kepribadian dalam diri seseorang yang disebut Avoidant  Personality Disorder (APVD). Topik ini sangat menarik perhatian warganet karena disebut “lagi musim” seorang avoidant dengan anxious menjalin hubungan asmara yang sulit dimana topik ini dibahas oleh akun milik seorang dokter yang bernama Dr. Yumna. Namun kali ini kita hanya akan berfokus pada satu gangguan kepribadian avoidant personality disorder.

                Avoidant Personality Disorder atau dalam bahasa indonesia dikenal dengan gangguan kepribadian ‘menghindar’ adalah sebuah gangguan kepribadian yang mengakibatkan penderitanya menghindar dari berinteraksi dengan orang lain.  Penderita dari gangguan kepribadian yang satu ini meyakini bahwa ia tidak kompeten secara sosial untuk berinteraksi dengan orang lain.  Penderita merasa dirinya kurang menarik atau bahkan tidak menarik di mata lawan interaksinya, ia akan selalu merasa lebih rendah hingga terus-menerus merasa takut akan dipermalukan orang lain baik di kritik ataupun ditolak nantinya. Selain itu penderita akan  selalu menghindari untuk bertemu orang lain, kecuali mereka yakin akan disukai oleh orang yang akan berinteraksi dengannya dalam  hubungan  intim mereka.  Faktanya, gangguan kepribadian jenis ini sangat erat kaitannya dengan gangguan kecemasan dan mungkin juga terkait dengan penolakan terhadap kenyataan oleh orang tua atau teman masa kecil serta perilaku terisolasi dan perasaan harga diri.ti. Artinya, orang dengan gangguan kepribadian menghindar memiliki harga diri yang rendah, pemalu yang berlebihan, dan tidak percaya diri dengan kemampuannya, sehingga orang tersebut merasa tidak aman (kurang percaya diri). 

Gejala-gejala utama AVPD dapat meliputi:

1.       Rasa Inferioritas yang Berlebihan: Orang dengan APD mungkin merasa diri mereka kurang berharga atau tidak layak, bahkan jika bukti yang menunjukkan sebaliknya.

2.       Ketakutan Penolakan: Individu dengan APD memiliki ketakutan yang kuat terhadap penolakan atau kritik dari orang lain. Mereka mungkin enggan terlibat dalam hubungan yang berpotensi membawa penolakan.

3.       Menghindari Interaksi Sosial: Orang dengan APD sering menghindari situasi sosial atau interaksi dengan orang lain karena ketakutan akan evaluasi negatif. Mereka mungkin merasa tidak nyaman atau cemas dalam situasi sosial.

4.       Gangguan Dalam Hubungan: Orang dengan APD cenderung mengalami kesulitan dalam membentuk dan mempertahankan hubungan dekat. Mereka mungkin merasa tidak mampu atau tidak pantas untuk memiliki hubungan yang berarti.

5.       Rasa Tidak Nyaman Dalam Berhubungan: Meskipun mungkin ingin terlibat dalam hubungan sosial, individu dengan APD sering merasa tidak nyaman atau tegang saat berinteraksi dengan orang lain.

6.       Perasaan Terisolasi: Orang dengan APD sering merasa terisolasi dan merasa bahwa mereka berbeda dari orang lain. Mereka mungkin merasa sulit untuk merasa terhubung dengan orang lain.

7.       Rasa Ketidakmampuan Sosial: Individu dengan APD mungkin merasa tidak mampu dalam situasi sosial atau tidak memiliki keterampilan sosial yang diperlukan untuk berinteraksi dengan orang lain.

8.       Sensitivitas Terhadap Kritik: Orang dengan APD sering sangat sensitif terhadap kritik atau penilaian negatif. Kritik kecil bisa mengganggu mereka secara emosional.

9.       Perasaan Cemas: Mereka cenderung mengalami kecemasan yang berlebihan dalam situasi sosial atau situasi yang melibatkan penilaian dari orang lain.

10.   Rendahnya Rasa Diri: Individu dengan APD mungkin memiliki harga diri yang rendah dan merasa tidak percaya diri dalam banyak aspek kehidupan.

Menurut Anna Weinbrecht (2016) seseorang dengan avoidant personality disorder dapat menunjukkan karakteristik berikut:

1.       Menghindari aktivitas yang melibatkan interaksi dengan orang lain karena takut dikritik atau ditolak orang lain

2.       Tidak mau berinteraksi dengan orang lain kecuali mereka yakin disukai

3.       Terkesan dengan kekakuan dalam hubungan pribadi karena takut malu atau terhina

4.       Selalu khawatir dikritik atau ditolak dalam situasi sosial

5.       Keengganan untuk terlibat dalam situasi interpersonal baru seperti presentasi karena merasa rendah diri. 

Namun, tidak semua seorang dengan karakteristik tersebut menunjukkan bahwa ia pasti mengalami gangguan kepribadian AVPD. Banyak orang pada dasarnya pemalu dan sulit mempercayai orang lain, tetapi bukan karena kelainan ini. Berbagai gejala tersebut baru bisa dianggap mengarah ke AVPD bila sudah lama muncul dan penderitanya kesulitan melakukan aktivitas dan menjalin hubungan dengan orang lain. Orang dengan AVPD juga sering mengalami kesulitan untuk mengubah perilakunya, kesulitan menghadapi dan berinteraksi dengan orang lain, cepat memutuskan hubungan dengan orang lain, dan memiliki kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan masyarakatnya. 

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda pertimbangkan untuk mengatasi gejala APD:

1.       Konsultasi dengan Profesional Kesehatan Mental

Langkah pertama yang paling penting adalah berkonsultasi dengan seorang psikolog atau psikiater yang berpengalaman dalam mengobati gangguan kepribadian. Mereka dapat melakukan evaluasi menyeluruh dan memberikan diagnosis resmi, serta merencanakan perawatan yang sesuai.

2.       Terapi Kognitif-Perilaku (CBT)

Terapi ini dapat membantu Anda mengidentifikasi pikiran-pikiran negatif dan perilaku menghindar yang berkaitan dengan APD. Anda akan belajar bagaimana mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat menjadi lebih positif dan adaptif.

3.       Terapi Terpenuhi (Exposure Therapy)

Terapi ini melibatkan bertahap berhadapan dengan situasi-situasi atau objek-objek yang Anda hindari, sehingga membantu Anda mengatasi rasa ketakutan dan cemas yang berkaitan dengan APD.

4.       Terapi Dukungan Sosial

Terlibat dalam terapi kelompok atau terapi berbasis dukungan sosial dapat membantu Anda berlatih keterampilan sosial, membangun hubungan, dan merasa lebih nyaman dalam situasi sosial.

5.       Latihan Relaksasi dan Mindfulness

Teknik-teknik ini dapat membantu mengurangi kecemasan dan membantu Anda tetap fokus pada momen saat ini.

6.       Pendidikan tentang Gangguan Kepribadian

Memahami lebih dalam tentang APD dan mengenali pola pikir serta perilaku yang terkait dapat membantu Anda mengatasi gejala-gejala tersebut.

 

7.       Pendekatan Medikasi

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat-obatan seperti antidepresan atau obat anti-kecemasan untuk membantu mengurangi gejala cemas dan depresi yang terkait dengan APD.

8.       Perubahan Gaya Hidup

Fokus pada kesehatan fisik, menjaga pola tidur yang baik, menjalani gaya hidup aktif, dan menjaga pola makan yang sehat dapat berdampak positif pada kesejahteraan emosional Anda.

9.       Mengembangkan Keterampilan Sosial

Melalui pelatihan dan latihan yang berfokus pada pengembangan keterampilan sosial, Anda dapat merasa lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain.

10.   Mendukung Diri Sendiri

Jadilah penuh pengertian terhadap diri sendiri dan patuh pada perencanaan perawatan yang telah ditetapkan oleh profesional kesehatan mental. Proses pemulihan mungkin memerlukan waktu, tetapi dengan dukungan yang tepat, Anda dapat mengatasi gejala APD dan memperbaiki kualitas hidup Anda.

Setiap individu adalah unik dimana manusia satu dengan manusia lain berbeda-beda, dan pendekatan perawatan dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan dan preferensi penderita APVD yang berbeda-beda pula. Untuk itu konsultasikan dengan profesional kesehatan mental untuk menemukan strategi yang paling sesuai dengan situasi yang terjadi.