Detail Artikel
Psikosomatis si Alarm Pertanda Stress

Sebenarnya, apa itu psikosomatis? Kata ini berasal dari kata psikhe yang artinya jiwa, dan soma yang artinya badan atau tubuh. Jadi, secara keseluruhan, psikosomatis merupakan gangguan fisik yang dialami seseorang dan pemicunya adalah faktor psikologis. Setiap orang pasti mengalami stress, dari stressor atau sumber stress yang berbeda-beda. Ketahanan setiap orang terhadap stressor tersebut juga beragam, karena setiap orang pasti memiliki toleransinya masing-masing.
Kasus ini sangat umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada pasien dengan keluha gastritis (maag) yang berulang dan kronis, migrain, gatal-gatal pada tubuhnya hingga ruam, hipertensi dan asma. Ketika seseorang merasa stress, ia akan melakukan sesuatu untuk mengurangi rasa stress tersebut. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi, baik secara positif maupun negatif. Namun, jika penanggulangan atau coping stress-nya tidak tepat, bisa menyebabkan munculnya gejala psikosomatis sebagai suatu alarm dari tubuh. Stress akan menyerang fisik atau organ tubuh terlemah seseorang, yang apabila dilakukan pemeriksaan secara fisik akan didapatkan hasil bahwa sebenarnya fisik orang tersebut normal.
Psikosomatis tidak dapat dijelaskan secara medis, namun bisa dijelaskan secara psikologis beserta cara untuk menanganinya. Seseorang yang sedang mengalami psikosomatis, memerlukan suatu jalan untuk memperbaiki masalah yang menjadi stressor-nya. Penanganannya bisa berupa layanan konseling, olahraga yoga atau meditasi, psikoterapi, akupuntur, pendekatan diri kepada Tuhan, melakukan hobi yang disukai, dan banyak hal lainnya. Coping stress dari penderita psikosomatis juga perlu untuk diperbaiki, agar tidak memperparah keadaan stressnya hingga menyebabkan psikosomatis tersebut datang lagi.
Selain penanganan dari faktor internal, faktor eksternal juga diperlukan untuk mengurangi psikosomatis ini. Lingkungan sekitar yang supportif, positif dan kondusif memberi banyak andil untuk kesembuhan psikosomatis, agar kondisi psikologis penderita bisa lebih stabil.